Buddha
Dhamma sebagai suatu agama atau sebagai suatu cara hidup yang benar dihargai
oleh orang-orang berintelek tinggi di banyak bagian dunia ini. Alasan yang
sederhana ialah bahwa Sang Buddha, pendiri agama ini, adalah guru yang telah
mencapai penerangan sempurna dan berpandangan luas. Cara hidup menurut agama
Buddha sangatlah sederhana; bebas dari kepercayaan membuta dan dogma-dogma.
Sayang sekali banyak orang yang belum mengerti bagaimana menempuh cara hidup
yang benar menurut agama Buddha. Dewasa ini, di banyak bagian dunia ini, dan
bahkan di antara masyarakat beragama Buddha sendiri, berbagai kepercayaan dan
praktek masih dilakukan atas nama agama ini. Banyak diantara praktek-praktek
ini sama sekali bukan ajaran asli Sang Buddha dan bahkan kadang-kadang
bertentangan. Sebenarnya banyak orang telah mengabaikan dan melupakan cara
hidup yang benar menurut agama Buddha. Banyak pula yang mempunyai pengertian
yang keliru mengenai segi-segi penting tertentu dari agama ini. Dengan harapan
untuk menghilangkan pandangan salah dan memberikan penerangan kepada masyarakat
inilah, maka buku kecil ini diterbitkan.
Mengerti cara hidup menurut agama Buddha berarti harus menempuh cara hidup yang
benar. Menghargai sifat kehidupan ini berarti mencapai suatu kehidupan nan
bahagia dan damai.
Orang-orang tertentu yang disebut kaum intelektuil menggunakan Buddhisme hanya
sebagai suatu dasar bagi pokok pembicaraan mereka dalam membahas segi-segi
metafisika dan filsafat agama ini. Mereka mencemoohkan kebiasaan-kebiasaan
keterdayaan umat Buddha yang telah diterima, bahkan menyalahkan
kebiasaan-kebiasaaan demikian. Ini bukanlah sikap yang benar dan sehat dalam
beragama. Suatu agama tanpa pengertian dan agama yang tidak meresap ke dalam
kebudayaannya tak akan dapat bertahan, agama itu hanya akan menjadi filsafat
kering dan menghilangkan beberapa waktu kemudian. Toleransi adalah hal utama
dalam ajaran-ajaran Sang Buddha. Jika sesearang tidak dapat menerima
pelaksanaan-pelaksanaan budaya tertentu, ia setidak-tidaknya harus membiarkan
pelaksanaan-pelaksanaan tersebut. Dalam pada itu, seseorang harus meneliti
makna dan arti yang mendasari pelaksanaan tersebut daripada ia mengeluarkan
kata-kata yang gegabah dan tidak pada tempatnya.
Kebudayaan Buddhis telah meresap ke dalam setiap segi kehidupan kita. Kita
mengetahui bahwa Buddhisme adalah suatu agama yang membimbing kita menuju
kehidupan yang lebih baik di alam ini dan selanjutnya. Adalah tugas kita untuk
menyelidiki, mempelajari, memahami dan melaksanakan hal-hal yang disediakan
oleh agama kita untuk kita. Kita membutuhkan bimbingan agama kita untuk
kehidupan sehari-hari. Upacara-upacara dan adat istiadat, meskipun diterima
sebagai suatu bagian pelengkap bagi agama, tidaklah dengan sendirinya
mengandung unsur agama. Pengembangan batin adalah segi terpenting dari agama.
Untuk mencapai perkembangan batin ini, kita harus memulai dengan menumbuhkan
dasar moral yang kuat sehingga kita mempunyai dasar yang teguh, dan dengan
mengerti ajaran-ajaran Sang Buddha, kita dapat memperoleh inspirasi batin yang
diperlukan. Rasa terima kasih dan penghormatan kita tertuju kepada Sang Guru
Agung, Ajaran -ajaranNya dan Sangha tidak boleh dilupakan. Dengan demikian kita
mempunyai tiga objek suci, Buddha, Dhamma dan Sangha, yang dalam bahasa Buddhis
biasa kita sebut Tiratana yang harus kita hormati. Pencapaian pengembangan
batin dan penghormatan pada Sang Tiratana adalah jalan yang dapat membawa kita
kepada kehidupan yang benar menuju kedamaian, kebahagiaan dan keselamatan
akhir. Inilah tujuan setiap umat Buddha. Sambil kita bercita-cita luhur, kita
tidak boleh melupakan atau mengabaikan pelaksanaan atau kebiasaan agama
sehari-hari yang mengingatkan kita pada tugas kita terhadap agama. Untuk
mengingat semua hal yang bersangkutan dengan kewajiban-kewajiban keagamaan,
maka suatu ikhtisar ringkas mengenai peraturan-peraturan agama dan
pelaksanaannya akan diterangkan untuk para pembaca.