PERAYAAN-PERAYAAN TRADISI DAN ADAT ISTIADAT
Dalam
menyelenggarakan perayaan-perayaan sosial atau keluarga, umat Buddha dinasehati
untuk tidak bertingkah laku sedemikian rupa hingga melanggar dasar-dasar agama
Buddha, misalnya Panca Sila dan Delapan Jaian Utama. Tata susila Buddhis harus
dipertahankan, Mereka tidak boleh membiarkan dirinya menjadi mabuk atau
dipengaruhi oleh sesuatu bentuk kesenangan yang hina, namun mereka hendaknya
mengadakan perayaan-perayaan tersebut dengan cara terhormat sepadan dengan
kedudukan mereka sebagai umat Buddha yarig terpelajar. Dalam memperingati
peristiwa-peristiwa kemasyarakatan, sebaiknya kita tidak melupakan segi-segi
rohaniah peringatan tersebut. Suatu kunjungan ke vihara untuk menerima berkah
Sang Tiratana sungguhlah tepat untuk setiap kesempatan.
Pelaksanaan tradisi dan adat istiadat kebangsaan tidak perlu dibuang bila
seseorang menjadi umat Buddha atau mengikuti ajaran Sang Buddha. Sesungguhnya
Sang Buddha menasehati para pengikutnya untuk menghormati tradisi dan adat
istiadat mereka sendiri jika hal itu mempunyai arti penting dan tidak
merugikan. Sebaliknya, jika praktek-praktek itu bertentangan dengan atau
melanggar prinsip-prinsip Buddhis yang fundamentil, membahayakan orang lain,
atau menyusahkan, maka praktek-praktek itu hendaknya dibuang, betapapun hal itu
ditujukan untuk maksud baik. Bahkan dalam mengatur fungsi-fungsi keagamaan
kita, adalah tugas kita untuk menyusun fungsi-fungsi itu dengan cara-cara
terhormat tanpa menyusahkan orang lain. Pengertian ini sangat panting dalam
pelaksanaan agama kita dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai suku.