Sebagai umat Buddha, sudah selayaknya jika kita memiliki sebuah altar Buddha
atau gambar Sang Buddha didalam rumah kita, bukan sebagai barang pameran tetapi
sebagai objek penghargaan dan penghormatan. Lukisan indah dari Sang Buddha,
yang melambangkan Metta (cinta kasih), kesucian dan kesempurnaan, berguna
sebagai sumber hiburan dan inspirasi untuk menolong kita mengatasi segala kesulitan,
keresahan atau kesalah pahaman yang perlu kita hadapi dalam kegiatan kita
sehari-hari di dunia yang penuh kesukaran ini. Penghidupan penuh dengan
perangkap. Perangkap demikian dapat dihindari jika kita ingat untuk
melaksanakan ajaran-ajaran mulia dari Guru Agung kita. Sambil menghormati Sang
Buddha, adalah suatu tugas yang paling menguntungkan, bila kita dapat
bermeditasi walaupun sebentar saja, dengan memusatkan pikiran kita pada
sifat-sifat agung dan mulia dari Sang Buddha, sehingga kita dapat menyempurnakan
diri kita melalui inspirasinya.
Sebagai
penganut, kita hendaknya membiasakan diri memberi penghormatan kepada Guru
Agung ini setiap hari. Ini dapat dilakukan pada dini hari (pagi-pagi sekali)
atau malam hari sebelum tidur. Sambil melakukan ini, adalah berfaedah, jika
diusahakan untuk membacakan beberapa sutta. Inilah cara hidup nan mulia dari
umat Buddha. Orang tua harus menananamkan kebiasaan-kebiasaan agama yang
bermanfaat dan dihormati sepanjang zaman ini diantara anak-anak mereka sehingga
mereka dapat menyadari dan menghargai pusaka mereka yang berharga.
Para orang tua yang beragama Buddha dianjurkan untuk menyekolahkan anak-anaknya
di Sekolah Minggu Buddhis atau kelas-kelas agama untuk melatih anak-anak itu
menjadi anak-anak yang patuh dan menjadi warga negara yang baik. Selain umat
Buddha dianjurkan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan agama didalam
keluarganya, mereka diingatkan untuk tidak melupakan atau mengabaikan
kewajiban-kewajiban bersama terhadap kegiatan-kegiatan di vihara tempat
kebaktian-kebaktian diadakan secara teratur pada hari-hari bulan purnama dan
bulan madu (tanggal 1 dan 15 Candrasankala). Berkunjung ke vihara dan turut
serta dalam kebaktian-kebaktian dapat dianggap sebagai perbuatan yang berjasa.
Pelaksanaan delapan sila (ATTHA SILA) selama hari-hari tersebut (tanggal 1 dan
15 Lunar Calender) oleh para penganut merupakan suatu perbuatan yang layak dan
berjasa. Mereka yang turut melaksanakan ini diminta untuk berpakaian putih sederhana
dan tinggal di vihara selama 1 hari, dengan mencurahkan waktunya pada soal-soal
keagamaan seperti meditasi, diskusi agama, rnembaca buku-buku agarna dan
memancarkan cinta kasih (Metta).